Manusia 4 Quadrants

Apakah Quadrant terbaik yang ada di 4 cashflow quadrant Robert T.Kiyosaki? Apakah benar quadrant sebelah kanan selalu lebih baik dari yang disebelah kiri? Apakah semua orang harus jadi businesman? Namun, Nabi Muhammad SAW pun mengajarkan untuk berdagang atau berbisnis.

Be Yourself-Look for your passion

Jadilah diri sendiri, cari the real passion yang kamu punya dan bekerjalah berdasarkan itu maka semuanya akan terasa lebih mudah dan ringan, semua tampak santai untuk dijalani dengan hasil yang sangat berbeda bila kamu terpaksa melakukannya

Online Business

Semakin maju peradaban ini memuat semua transaksi juga mengalami perubahan drastis, apakah anda akan menjadi konsumen atau ingin terlibat langsung dan mendapatkan rezeki dari bidang baru ini?

Tak Ada Waktu Membaca

Buku adalah jendela ilmu dan dunia, bila anda tak punya waktu untuk membaca buku namun ingin mendapatkan kesempatan menambah ilmu maka baca saja ringkasan atau intisarinya, anda tetap mendapatkan informasinya tanpa harus membuang waktu anda.

Olahraga Yuk's

Belajar untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan melakukan exercise yang benar dan mengkonsumsi makanan yang bergizi tentunya

Cone of Learning


di adaptasi dari buku Dale Carnegie, dimana gambar diatas menunjukkan bahwa TAKE ACTION dan mencoban berbagai hal secara langsung akan membuat kita dapat mengingat semua pelajaran yang kita dapatkan.

dibandingkan hanya denan membaca, setelah 2 minggu semua akan lupa. PASTI. Jadi langkah yang terbaik untuk dapat menyerap semua pelajaran yang kita dapatkan adalah TAKE ACTION.

PRAKTEK.... PRAKTEK... PRAKTEK....

APA YANG SALAH?


Dalam perjalanan saya kali ini Jambi-Palembang, saya banyak bertemu teman2  lama disana. Hampir semua sudah jadi pengusaha sekarang. Ada juga sich yang masih kerja sebagai employee, masih ikut orang istilah mereka dan... tidak banyak perubahannya tuch, semenjak saya tinggalkan wilayah itu sekitar 5 tahun yang lalu 

Namun, dari  5 orang yang saya jumpai disana ada 1 orang yang hingga terakhir saya jumpa masih berkutat dengan masalah-masalah. Nah, kawan lama pengusaha ini agak berbeda dengan cerita 2 kawan yang berhasil di sharing saya sebelumnya.

Walau dia sudah memulai usahanya sejak tahun 2004, namun sejak buka hingga hari ini masih dirundung masalah dan yang bertubi-tubi, mulai dari anak buahnya yang mencuri uang kantor, di-“polisikan” oleh suppliernya, hingga menggunakan preman dan menteror keluarganya, saudara iparnya yang menggerogoti dari dalam walau sudah diberi pekerjaan di perusahaannya, hingga komunitas yang mencibir dan membuangnya dari lingkungan mereka.

Hebatnya kawan ini hingga hari ini masih bertahan, walau waktu aku tanya gimana kondisinya sekarang setelah hampir 6 tahun berlalu. “Kembali dari awal! Saya memulainya dengan 1 orang pegawai administrasi dan keuangan plus office boy merangkap penjaga gudang yang lebih sering kosongnya dari pada terisi oleh barang ” begitu jawaban yang dia berikan ke saya

Setelah mengobrol dengan pembahasan “utara-selatan” (ngalor ngidul maksudnya red.) dia menceritakan apa yang terjadi mengenai usahanya, tekanan yang dia terima baik dari luar maupun dalam keluarganya sendiri (keluarga dari pihak dia maupun istrinya), beberapa kali keluar masuk rumah sakit, bolak balik ke Polda, dsb... dsb... dsb... banyaklah keluhannya!

Dia bercerita sambil meneteskan air matanya, membayangkan betapa berat semua yang dialaminya. Setelah mendengar semua ceritanya, Aku pun bertanya : “kalo aku yang mengalami hal seperti itu, apakah bisa sekuat dia ya...?” hampir sejak ia membuka usaha, hanya di satu tahun pertama lah dia merasakan nikmatnya menjadi seorang pengusaha, setelah itu hampir 4 th berselang dia terpuruk dan makin terpuruk saja.

Pertanyaan saya cukup sederhana, setelah mendengarkan kisahnya yang seperti sinetron di tv-tv itu. “Apa yang salah dengan mu kawan?” dan tanpa disangka-sangka dia terkejut dan memberitahukan saya bahwa saya adalah orang kedua yang bertanya seperti itu. Tadinya dia tidak menggubris saat orang pertama yang berkata seperti itu, mungkin hanya sekedar bertanya dan basa-basi saja.

Karena pagi itu saya sudah ada janji yang lain dan sudah mepet waktunya, maka kami pun berpisah untuk bertemu lagi malam nanti.
Malam, itu dia datang dan setelah makan malam dia pun membuka pembicaraan. “Ya, saya sudah coba renungkan apa yang kamu tanya pagi tadi?” ujarnya. Lalu mulai lah dia bercerita hal lain yang tidak dia ceritakan pagi tadi.

Dia menceritakan bagaimana bangga-nya, bila tidak mau dibilang sombong atas kesuksesan yang cepat diraihnya hanya dalam tahun pertama sudah bisa meraih omset yang besar, dia pun dianggap sebagai pahlawan keluarga baik dari pihak dia maupun sang istri, walau pun rajin menjalankan ibadah, namun dia selalu menceritakan apa yang sudah dilakukannya dalam ibadah itu. Bagaimana dia rajin berdoa, melakukan sedekah, dan sumbangan-sumbangan lain. Semua ini diceritakannya kepada orang lain dengan rasa bangga.

Tulus, ikhlas dan bersahaja, tampaknya tidak ada di kamus hidupnya. Saya sendiri pun tidak tahu apakah ini karena dia tidak melakukan semua itu atau tidak? Bila mendengarkan ceramah agama pasti itulah penyebabnya. Dia pun berjanji untuk merubah semua perilakunya itu dan saya... saya berkesempatan untuk melihat pembuktian bahwa kadang kesuksesan itu datang dari sikap kita sendiri – ini merunut buku-buku management dan motivasi yang saya baca. Namun, dari kaca mata keyakinan saya inilah saatnya membuktikan apakah tulus dan ikhlas bisa menyelesaikan masalahnya? Dan saya yakin bila itu masalahnya dan dia merubahnya pasti berhasil.

SUKSES SELALU Kawan.

Palembang, Mar 7



Action = Keberanian? Uang = Bahagia?

Satu statement yang bisa menggambarkan apa yang terjadi malam ini adalah dari salah satu seminar TDW yang pernah saya hadiri, yaitu:  Take Action Miracle Happened.



Setelah hampir dari 6 tahun saya tidak berjumpa fisik dengan salah kawan ini dan terakhir komunikasi  adalah sekitar 3 tahun lalu, itu pun hanya via telephone saja. Kini DIA sudah berhasil sebagai seorang pengusaha di Jambi. Kawan ini dulunya adalah salah satu bawahan saya yang bekerja di lapangan, dan mengerjakan kerjaan rutin yang berhubungan langsung dengan customer.

Dia sebenarnya bukanlah salah satu yang terbaik bila dirangking dari 16 orang anak buah yang saya punyai saat itu, namun ada yang berbeda pada saat itu. Dia ini termasuk bengal, karena cara saya mendapatkannya pun dengan cara “barter” karena rekan sejawat saya saat itu – bos dia sebelumnya red- sudah tidak tahan melihat kelakuannya.

Inisiatif tinggi, kadang bahkan kurang sejalan dengan apa yang sudah di gariskan oleh atasannya, wakau dia memiliki alasan yang kuat mengapa dia berbuat seperti itu. Hubungan denga n relasi cukup bagus, dan penerimaan konsumen juga bagus karena kawan ini dikenal gampang bergaul dan lebih banyak “TAKE ACTION langsung” tanpa banyak membuat perencanaan yang terlalu detil.

Dulu dia pun sempat meminta ijin saya untuk kuliah lagi, dengan alasan kalo ingin berhasil jadi industri ini dia membutuhkan ijasah untuk bisa merubah nasibnya. Begitu dia bilang, pernah beberapa kali pindah lokasi. dia lakoni dengan santai dan sempat di kirim ke Sulawesi, dimana hampir semua rekannya tidak ada yang BERANI pada saat itu.

Dalam obrolan hari itu, dia datang ke hotel dan terjadilah pembicaraan utara selatan antara kami berdua alias ngalor-ngidul red. Dia cerita dalam waktu 4 tahun semenjak dia memutuskan untuk menjadu pengusaha dengan cara membuka toko pertanian kini dia sudah memiliki asset sekitar 7M!!!. Selain itu dia juga berbisnis jual beli mobil, yang cukup menarik adalah dia pun tanpa teori yang terlalu ‘ngejlimet’ juga ber-investasi di Property, bahkan banyak yang bisa saya pelajari dari dia untuk bidang yang satu ini.

Namun, ada satu hal yang menarik pada saat mengobrol itu. Tanpa ada pertanyaan dari saya dia bilang “enak jadi bapak lah tetap, bisa jalan-jalan, nyantai, banyak waktu buat keluarga dan TENANG karena ndak perlu takut ndak dapat penghasilan karena akhir bulan ada gaji yang dikirim ke rekening”

“Looooh.... bukannya semua itu malah bisa didapat bila kita jadi pengusaha?” ujarku, karena itu yang saya dengar, pelajari dari buku dan seminar, milist dan bayangan saya selama ini.

Jawabannya cukup mengejutkan saya “kalo masalah uang dan asset tentunya apa yang saya dapat sangatlah saya syukuri, aku tahun ini Insya Allah berkangkat ke tanah suci lhoo... pak“
“sudah insyaf kamu he...he...” potong saya . “He...he...he... nganter istri dan ibu saya yang sudah sepuh pak” jawabnya. “Jadi... seperti  saya bilang pak... UANG saya dapat pak. Tapi kalo ditanya BAHAGIA mana dengan jaman saya masih bekerja dulu, saya akan jawab bahagia dulu pak?”

Heemm... menarik pikir saya, “Kenapa rupanya?” tanya saya.
“Saat ini saya bangun harus langsung kerja pak..., ndak ada pikiran lain langsung berpikir gimana caranya menarik piutang yang ada di lapangan dan membayar hutang-hutang saya.” Jawabnya “bahkan waktu saya pun habis untuk kerja dan makin jauh dengan anak saya, walaupun... saat ini saya ngantor d rumah lhoo pak, ke toko sudah agak jarang”
“Dan...” lanjutnya” kesimpulan saya uang itu ndak usah di kejar ngoyo-ngoyo pak, karena itu hanyalah alat saja! Bukan tujuan pak...”
“kenapa?” ini pertanyaan saya yang bodoh bukan ya :(

“lha... wong saya jarang ketemu anak jadinya pak he...he..., trus begitu dapet uang ini banyak lho.. teman-teman dan saudara yang mendekat, padahal dulu aku dicuekin habis pak...” jawabnya  dan dia melanjutkan omongannya “ tapi untuk mendapatkan sesuatu seperti mobil, rumah dan naik haji memang jadi gampang pak :)”

Waahh.... statement  yang bertolak belakang dengan keyakinan saya tentang apa yang didapat oleh seorang pengusaha, diluar pendapatan dan asset yang didapatnya tentu he...he..he...

Rumput tetangga selalu lebih hijau.... sawang sinawang orang lain selalu lebih enak dan bagus dibanding kita... itu mungkin yang istilah yang bisa menggambarkan perasaan saya saat itu, karena berkesempatan bertukar pikiran dengan salah satu pelaku bisnis yang cukup berhasil menurut saya. Hanya dalam 4 tahun mengumpulkan asset 7M lhooo... opo ora huebat rek!

Pagi ini saya coba renungkan apa yang bisa saya dapat dari obrolan berharga malam itu adalah :
  • Tentukan pilihan NASIBmu sendiri, yang paling sesuai dengan diri dan keluargamu. Jangan melihat apa yang dimiliki oleh orang lain. GOALS akhirmu adalah nasibmu.
  • Uang hanyalah alat untuk mencapai BAHAGIA bukan tujuan. Namun, bila kita memiliki uang banyak tentunya kan mempermudah kita mendapatkan kebahagiaan versi kita sendiri.
  • TAKE ACTION adalah pembeda, mengapa hasil akhirnya bisa berbeda. Barangkali keinginannya sama, namun KEBERANIAN untuk take action yang membuatnya berbeda.
  • Semua ada RESIKO-nya. Jadi, kenapa tidak TAKE ACTION.
  • Atau barangkali ada pelajaran lain yang belum ke tulis ya.... :)


Jambi, Mar 8 2010

PERSISTENT =KONSISTEN?


Nah, ketemu lagi dech sama satu kawan lama lainnya yang ini agak berbeda, karena dari dulu dia memang agak berkelas. Terutama karena dia anak bungsu, anak laki satu-satunya di keluarga dan kebetulan orang tuanya cukup mampu. Jadi,... ya... memang sejak muda dia sudah biasa menerima yang enak-enak 

5 tahun yang lalu saya terakhir bertemu dengan dia dalam kondisi masih di persimpangan, antara tetap bekerja sebagai employee atau menjadi enterpreneur.

Namun, jabatan kepala cabang yang di sandangkanya waktu itu yang membuatnya tetap bertahan. Hampir semua rekan kepala cabang yang lain yang saya kenal, selalu mencibirnya dengan mengatakan “Anak mami itu mana bisa jualan, ngegaya aja yang jago...”

Secara ekonomi menurut saya pada saat itu masih jauhlah bila di banding saya (pada saat itu red.) dia hanya menggunakan kijang capsul e tahun 97, rumah masih petak hanya ada 1 lorong seperti ruko dan gaji yang pas-pasan, bonus tergantung para pemegang saham. Karena walau dijanjikan dia mendapatkan saham kosong, namun pada pelaksanaannya itu hanyalah angin surga.

Lalu, sekitar 3-4 tahun yang lalu saya dengar terjadi perpecahan antara pemegang saham tempat dia bekerja. Beberapa cabang dibagi-bagi oleh 2 pemgang saham terbesar perusahaan tersebut. Pemegang saham lama yang menjadi mayoritas di cabang yang dia pimpin menerapkan sistem yang lebih fare. Dia mendapatkan saham kosong dan bisa menambahkan kepemilikan saham tersebut hingga maksimal 49%. 
Wooowww... ini mah sudah jadi partner usaha!

Dengan semangat seperti itu, kini saya tidak mendengar lagi keluhannya untuk keluar dari pekerjaannya. Kini yang dia ceritakan adalah: dia baru saya membeli tanah seluas 1.2ha untuk kantor dan gudang yang besar. Lalu, berencana pindah rumah dari tempat lama ke tempat baru yang bernilai 800juta dan posisi di tengah kota!

Hemmm.... hanya 4 tahun saja Broer! Dia sudah bisa membalikkan keadaan kini, saya masih pake kendaraan inventaris dia pake apa coba..? ALPHARD. Opo ora edan tenan!!!!

Terlepas dari semua yang pernah terjadi ada pelajaran yang bisa saya petik dari semangat kawan lamaku yang satu ini: 

KONSISTEN. Dia tetap melakukan pekerjaannya, membina customer2nya (karena saat saya tanya tidak ada customer yang baru). Saat semua kepala cabang rekannya memberikan kredit yang lebih lama atau mecari customer baru, dia tetap saja dengan gaya lamanya. Customer lama dibina dia dan 1-2 customer  baru dan biasanya tidak lama kemudian tidak di supplynya.

Kini, saat semua cabang kehabisan tenaga karena tidak liquid. Banyak piutang dibawah, dia tetap liquid. Cash flownya tetap terjaga. Karena dia konsisten dengan sikapnya yang tidak memberikan kredit lama dan tidak melakukan ekspansi customer baru di wilayah customer lamanya.

Karena dia KONSISTEN melakukan ini maka customer loyalnya pun mempunyai pilihan, mau safe belanja dengan dia atau mencari barang2 yang murah karena distributornya perang harga mereka akan ke tempat lain.

PERSISTENT. Walau pun segala macam godaan, keraguan dan hambatan yang dia alami dalam melakukan bisnis ini sehari-hari. Ternyata ... who’s the one who laugh at the end

Semangatnya dan dukungan keluarga inti yang besarlah yang bisa membuat dia bertahan untuk tetap melakukan apa yang diyakininya. Ini berdasarkan pengakuannya pada saat bertemu dengan saya. Hal ini bisa saya benarkan karena kebetulan saya juga mengenal istrinya.
Apakah anda bisa konsisten melakukannya dan cukup persistent menjalankannya? Pilihan ada di anda, andalah orang yang paling berpengaruh untuk menentukan nasib anda sendiri. Ya ndak?

Jadi.... apakah KONSISTEN=PERSISTENT?

Jambi, Mar 11 2010