Bungkus Pisang Goreng Part 2


Penasaran gara-gara artikel koran yang saya baca saat berteduh dibawah jembatan laying, di kantor kusuruh Ratmin, pesuruh kantor untuk mencari Koran Kompas terbitan 28 April 2007.

Walaupun sambil menggerutu tak sampai waktu makan siang Koran itu sudah sampai di mejaku. Langsung ko bolak balik mencari artikel yang kemarin. Pass, ketemu juga akhirnya, seperti dugaanku semula masih ada artikel yang lain disana.

Kini, membahas mereka yang berhasil karena PHK.

Ada seorang mantan pegawai bank BHS yang dilikuidasi kini sudah menjadi juragan mobil sewaan. Mobilnya sudah mencapai 7 unit mobil. Keberhasilan itu memang harus dibayar dengan harga yang cukup mahal menurutnya.

Bisnis ini dimulai dari satu mobil dan bukan disewakan tapi menjadi anter jemput anak sekolah. KArena langganan yang semakin banyak dan kepercayaan mereka, maka jumlah mobilnya pun bertambah. Belum lagi orang-orang yang menitipkan mobilnya dengan cara bagi hasil dengannya.

Tantangan yang terasa saat berpindah kuadran adalah:

  • cemoohan dari anak yang biasa melihat bapaknya berpakaian perlente pergi ke kantor, kini hanya berpakaian seadanya
  • keluarga menjadi malu, terutama anak-anak. Istri juga demikian, namun pada akhirnya dia mendukung juga.
  • Mental yang kuat karena harus bekerja dari bawah, seperti menghubungi orang tua anak-anak tersebut untuk menyewanya sebagai antar jemput sekolah

Ada lagi mantan pegawai bank Papan Sejahtera, kini ia menjadi pemasok pakaian jadi untuk pelanggannya yang kebanyakan berasal dari luar pulau jawa. Hal ini diakuinya didapat dengan cara yang tidak sengaja.

Kejadiannya pada saat ia menjadi supir taxi mendapat penumpang dari Banjarmasin yang sedang kerepotan mencari sumber pakaian muslim untuk dijual di Kalimantan. Ia mengantarnya ke Pasar Baru, dan meninggalkan nomor telopon bila si ibu datang lagi ke Jakarta untuk berbelanja.

Awalnya ia mengaku meninggalkan no hp agar bisa menggunakan jasa taxinya, namun setelah beberpa kali mengantar dan melihat belanjaan ibu tersebut yang cukup banyak. Ia menawarkan untuk mencarikan barang dagangan ibu itu, dan mengirimnya ke Kalimantan.

Gayung bersambut! Ia pun kini sudah mempunyai cabang hingga ke Surabaya sebagai peamsok pakaian jadi muslim. Memang REZEKI ndak kemana, ada saja jalannya.

Artikel yang menarik…

Jadi teringat salah satu pembicara seminar yang saya pernah ikuti yaitu pada saat orang memulai usaha. Pasti akan ada waktu turunnya dulu. Sama persis seperti burung Rajawali yang akan terbang tinggi, tidak langsung menanjak ke atas tapi harus ada kurva turun dulu sedikit baru naik. Inilah filosinya dan tinggal tekad kita yang dapat mempercepat kurva turunnya agar cepat menanjak.

Melihat 2 artikel di Koran itu tampaknya kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi pada satu titik harus dibenturkan pada kenyataan hidup yang tidak bisa dihitung secara matematis maupun nalar. Kecerdasan Emosi (EQ) pada titik ini akan memerankan peranan yang lebih besar!

Pertanyaannya bagi saya kini adalah apakah orang lain akan memutuskannya bagi saya atau saya bisa menyiapkannya dari sekarang dan membuat keputusan independent bagi saya sendiri?

Atau mungkin melihat peluang lain untuk bergerak di 2 kuadaran? Walaupun hamper semua orang sepakat hal ini jauh lebih tidak mudah dalam memanage segala halnya. Keahlian ini tidak bisa didapatkan hanya dengan membaca buku dan ikut seminar…

EDUCATION + STREET SMART = SUCCESS

Life is full of choices, but you can only choose one choice at a time” ME

0 komentar:

Post a Comment