Menyeberang Jalan dan Membangun Bisnis

Pagi ini sebelum saya berangkat kantor, saya bermaksud untuk mensetrum aki motor yang sudah mulai soak. Kebetulan saya tinggal di daerah penyangga Surabaya, Sidoarjo (tapi masih jauh koq dari lumpur :), setelah memperhatikan jalan ternyata kios aki ada di seberang jalan. Saya pun memarkirkan mobil di sebelah kiri dan mencoba untuk menyeberangi jalan menuju kios aki.

Jalan itu sendiri merupakan jalan dengan 4 jalur dan dibatasi oleh marka tembok jalan + 25cm tebalnya. Pagi itu sekitar jam 7.30 pagi, tidak ada jembatan penyeberangan, tidak ada zebra cross maupun "pak Ogah" yang menyetop kendaraan.

Arus kendaraan sangat padat, terutama sekali di arah jalan yang menuju kota Surabaya. Kendaraan yang lalu lalang di dominasi oleh motor & angkot yang berebut penumpang. Sementara mobil-mobil pribadi dengan riuh rendahnya membunyikan klakson mereka, membuat truk-truk besar yang berjalan lambat makin tidak bergerak cepat. Tampak sang supir truk bersungut-sungut memanyunkan bibirnya :)

Sesekali terdengar suara mendecit dari rem kendaraan yang bergerak. Suara mesin motor pun tidak mau kalah meraung-raung, bak ribuan tawon mengejar pengganggu sarang mereka. Hal ini tampak jelas pada saat lampu hijau di persimpangan jalan. Wussh..Nggeng..wuing...din..dinn..teett... begitu bunyinya.

Saya pun membutuhkan waktu hampir 20 menit untuk memberanikan diri menerobos kendaraan yang bergerak tak beraturan pada jalur Sidoarjo-Surabaya, kini sudah ada 3 jalur kendaraan mobil di ruas jalan yang diperuntukkan untuk 2 jalur mobil saja. Ditengah jalan pun saya masih mendapat klakson dari mobil yang merasa terganggu karena saya menyeberang plus makian pengendara motor yang sudah terlambat masuk kantor tampaknya.

Wuih!!! sampai juga saya di atas tembok marka jalan. Sambil menyeka keringat saya pun berjalan santai menyeberangi jalur Surabaya-Sidoarjo. Jalan santai....? ya betul. saya pun baru menyadari saat duduk di kios aki yang saya tuju.  

Setelah saya perhatikan, ternyata kepadatan di jalur Surabaya --> Sidoarjo berbanding terbalik 180 derajat dengan jalur Sidoarjo --> Surabaya. Disisi sebelah sini hanya berisi beberapa mobil pribadi dan motor, lebih banyak di dominasi kendaraan umum, angkot dan minibus antar kota (kami biasa menyebutnya Bison - ELP kalo di daerah BOTABEK.red).

Pemandangan ini membuat saya tertegun!

Jalur menuju surabaya itu pastilah didominasi para karyawan perusahaan yang sudah terlambat masuk kantor dan minimal takut di marahi bosnya, kalo tidak di potong gaji karena absen cekloknya sudah berwarna merah, atau tidak bisa menitip ceklok karena perusahaannya sudah canggih menggunakan absensi sidik jari. Seperti saya yang sudah pasti telat masuk kantor :(
Pengalaman kecil menyeberang jalan pagi itu, membuat tekad saya semakin bulat untuk membangun bisnis saya sendiri, ndak apa-apa mulai dari yang kecil dan bisnis sambilan (tapi tidak sambi lalu looh...)
  • - Ya, hitung-hitung mengurangi kemacetan jalan lahh... kan berkurang 1 mobil he..he..
  • - tidak akan stress lagi di klakson mobil dari belakang,
  • - tidak marah & maki-maki sendiri karena mobil di serempet motor
  • - ndah perlu bangun pagi untuk mengejar absen ceklok di kantor :)
  • - bisa menyambut pagi dengan keceriaan tanpa stress di jalanan,
  • - bila punya bisnis sendiri mungkin jam segini masih bisa main tenis dulu ya?
Ya... sekedar sharing, setelah mumet bermacet-macetan di jalan raya.



0 komentar:

Post a Comment