Review 2014 - Commitment adalah masalah yang lainnya ternyata

Nah, dapet satu lagi yang ternyata menjadi salah satu hal yang harus diperbaiki di tahun 2015 ini - agak lama untuk menyadarinya, atau lebih tepatnya adalah untuk mengakuinya.red - yaitu commitment

Dimana commitment memiliki arti yang sama degnan Promise atau Janji. 

Kata ini sendiri menurut kamus wikipedia.com adalah seperti yang tampak pada gambar di samping ini.

Commitment adalah promise untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan segala konsekuensinya. 

Banyak arti yang berbeda dengan kata ini baik ditinjau dari beberapa penggunaannya dalam konteks pokok bahasan filosofi, politik, sosal, psykologi, kepercayaan dan lainya. masing-masing memiliki spesifik 'penterjemahan' yang berbeda namun tetap sama yaitu commitment sama dengan Janji.
Dan Janji haruslah ditepati.

Renungan -
Ada beberpa hal yang ternyata bisa membuat kita tidak menepati janji yang telah terucapkan, seperti:

  • Lupa - alasan yang paling tidak bisa diterma oleh siapapun, karena pada prakteknya kebanyakan orang tidaklah benar2 lupa.
  • Kebiasaan - kebiasaan berjanji untuk menyudahi komunikasi atau agar komunikasi yang sedang dilakukan dapat di akhiri dengan cepat, karena mungkin suatu alasan tertentu. baik yang masuk akal atau pun tidak.
  • Mengabaikan - sudah tau, tidak lupa namun tetap tidak diindahkan. hal inilah yang rasanya kemaren itu paling banyak terjadi.

kenapa sampai di abaikan?mungkin karena malas atau konsekuensinya tidak membuat kita takut atau membuat kita menjadi sangat bersemangat untuk mengerjakannya? banyak alasan yang bisa ditelusuri mengapa sampai tidak menepati janji atau berkomitmen.

Saya jadi ingat apa yang dikatakan TDW dalam salah satu seminar, atau CD motivasi atau mungkin salah satu artikelnya, namun yang saya ingat adalah - buat alasan yang akan mempengaruhi atau memberikan dampak (buruk biasanya) yang tidak ter'peri'kan kepada orang-orang yang kita cintai.

Dalam kasusnya dia bercerita - salah satu keputusannya keluar dari BCA sebagai kepala cabang saat itu dan mengejar karir sebagai seorang motivator atau trainer adalah komentar sang Ayah pada saat sakit dan dirawat di Singapura. Saat itu karena dana yang menipis maka keluarga memindahkan sang ayah dari ruang perawatan kelas satu ke kelas tiga, sang ayah berkomentar "Tung, kamu sudah tidak punya uang lagi ya... sampai harus memindahkan ayah dari kelas I ke kelas III, kalo gitu sebaiknya kita pulang saja daripada uang mu habis"

Hal ini yang membuat TDW memiliki alasan yang kuat untuk mengejar cita-citanya dan berkomitmen untuk mewujudkannya, karena sebagai kepala cabang bank besar di Indonesia ternyata secara finansial tidak bisa mensupport dan memberikan yang terbaik pada ayahnya.


Kalo dipikir-pikir sih ada benernya juga atau bahkan banyak benernya, bukan hanya ada :)


kadang kala bila alasannya adalah untuk diri sendiri atau karena diri sendiri maka banyak dari kita yang akan mempunyai lebih banyak lagi alasan untuk tidak melakukannya. Hal ini saya alami sendiri, yang terjadi adalah penundaan menjadi sering terjadi dan pada akhirnya karena sudah dateline menjadi tidak berkualitas hasilnya atau malah sama sekali tidak dilakukan atau di eksekusi pada akhirnya.

Namun, pada saatnya saya sadari bahwa dampaknya akan mengenai anak-anak saya maka rasa tanggung jawab akan komitmen itu menjadi sangat lebih berarti. 


Jadi, rasanya [YA] bila kita memiliki alasan untuk berkomitmen karena akan memberi dampak yang terbaik bagi orang-orang yang kita cintai dan kasihi, maka rasa tanggung jawab yang tinggi akan menggiring kita meakukan apa yang telah kita janjikan untuk terpenuhi dengan segala macam konsekuensi dan akibat yang akan kita alami sendiri secara individu.

itu yang saya rasakan, bagaimana dengan anda?

0 komentar:

Post a Comment