OPTIMIS vs SABAR atau OPTIMIS and SABAR …

Apakah anda pernah mendengar cerita tentang Thomas Alfa Edison, yang mengalami kegagalan hingga ribuan kali (ada yang bilang sich sampe 1.300 an kali!!!) namun tetap berusaha menemukan lampu pijar yang kita nikmati sekarang ini.

Pernah dia ditanya oleh seseorang tentang ribuan kali kegagalannya, dia menjawab itu bukanlah KEGAGALAN. Namun, dia menemukan ribuan cara yang salah untuk membuat lampu pijar.

Lalu, dicerita yang lain – bayangkan ...
bila Edison menyerah pada langkah ke 989 maka mungkin kita masih menggunakan obor saat ini sebagai penerangan

wallahualam bi shawab

Cerita ini banyak dibahas oleh motivator untuk menggambarkan dan membakar rasa OPTIMISME kita dalam melakukan sesuatu. Dari sisi lebih religius biasanya untuk menggambarkan tingkat KESABARAN dan Istiqomah terhadap tujuan kita.

Banyak seminar yang saya ikuti dan cerita yang sama berulang, hanya dengan gaya penyampaian yang berbeda saja.

Nah, Hari ini cerita itu berulang kembali. Hanya saja "mentor" saya kali ini adalah jagoan pertamaku, Agaz 5 th. Ceritanya begini :

Sore ini sekitar Jam 4.30an, malam minggu dan cuaca mendung sedari siang tadi, sempat gerimis sedikit malah, jadi suasana sore itu agak sejuklah untuk ukurang pinggiran Timur Jakarta (bukan Jaktim loch…:)


Sekelompok pengamen mengamen di depan rumah, mungkin sekitar 3 orang karena terdengar ada suara gendang, gitar dan “kecrekan” (simbal tapi hand made :) menyanyikan lagu pop yang sedang terkenal. Suaranya lumayan untuk ukuran pengamen – tidak fals lah- mereka bergeser dari sisi kiri pintu garasi ke sisi kanan karena berusaha melihat penghuni di dalamnya.

Karena lumayan juga suaranya, jadi ya saya nikmati saja dengan secangkir coffee mix dan sebatang mild. Namun, belum masuk refrain lagu si Agaz sudah berlari dari dalam rumah, dan belum memakai baju (habis mandi dia :) berlari ke arah pintu pagar ingin memberikan koin kepada para kelompok pengamen itu.

Lagu pun selesai, dan si Agaz berlari sambil teriak2 “ Mah, uangnya dilempar lagi ke aku!” langsung saya datangi si Agaz dan bertanya kenapa? Ternyata dia sedang menggenggam 4 buah koin 500 rupiah, karena susah dia memegangnya, maka dia berniat memberikan satu per satu koin tersebut dari balik pintu pagar besi. Baru memberikan satu koin eh, sudah dilempar ke aku Pah, begitu penjelasan si kecil.

“Memangnya Abang mau kasih semua?” Tanyaku “Iya, pah” sahutnya “hanya aku susah pegangnya, jadi aku kasih satu dulu” penjelasan polos anak kecil itu meluncur dari mulutnya.

Heeem, kalo saja para pengamen itu bersabar sedikit dan tidak langsung emosi merasa terhina -karena susah dibagi 3 kali ya- hanya menerima 1 koin, mungkin mereka akan dapat 4 koin, 2.000 rupiah sudah berapa batang mild tuch, minimal 1 teh botol dech bisa mereka dapat!

Ya… kadang kala ketidaksabaran kita berbuah tidak manis. Mungkin juga rasa bersyukur perlu kita pupuk dalam diri kita masing-masing. Di atas langit masih ada langit katanya? Berarti masih juga banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita, bila kita berpikir terbalik.

Jadi, kelompok pengamen itu kurang OPTIMIS atau ndak SABARAN ya…



0 komentar:

Post a Comment